penciptaan karya seni kriya tidak lepas dari
Selainkarya seni rupa mempunyai potensi-potensi dalam gerakan sosial budaya tersebut, penciptaan karya seni rupa juga tidak boleh lepas dari konsep yang kuat dan penggalian ide yang estetis dan analitis sehingga bisa dipertanggungjawabkan secara akademis. Demikian juga dalam mengeksplorasi bentuk karya tidak lepas dari
Penciptaankarya kriya seni, seperti yang telah disebutkan di atas yaitu mengambil sumber ide dari anatomi tubuh manusia yang diwujudkan lewat simbol-simbol terkait dengan tingkah laku manusia sekarang. Dalam memvisualisasikan anatomi tubuh manusia tersebut diungkapkan lewat pendeformasian bentuk.
Panoramateknik penciptaan juga sangat menjolok hadir sebagai persyaratan dalam menghasilkan produk dalam seni kriya. Seni kriya yang pada situasi awal secara jelas dan tegas menunjukan ketidakterpisahannya dengan fungsi praktis. Teknik penciptaan sebagai wahana mengungkapkan ide bagi pelakunya menjadi bagian sangat penting.
Dalamperkembangannya, karya seni kriya selalu identik dengan seni kerajinan. Hal ini disebabkan pembuatan karya seni kriya yang tidak lepas dari pengerjaan tangan (hand made) dan memiliki aspek fungsional. Perkembangan Seni Kriya di Nusantara Seni kriya Nusantara di indonesia dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok fase perkembangan : 1.
RumusanKonsep Penciptaan; dan (3) Eksekusi Penciptaan Karya Seni. Kesimpulan yang didapat dari (seperti seni lukis, patung, seni grafis, kriya, dsb), namun lebih bersifat instalasif. tidak lepas dari isu-isu kelas sosial, dan yang lebih lebih menyuarakan lingkungannya.
Site De Rencontres Pour Les Jeunes. Abstract Kriya atau sering disebut dengan kerajinan dan dalam bahasa inggrisnya disebut dengan nama craft, pada mulanya diciptakan sesuai dengan kebutuhan pada zamannya, yaitu sebegai pemenuhan kebutuhan religi/beribadah pada lampau, dan kriya berkembang tidak lagi sebagai pemenuhan kebutuhan religi tetapi sebagai pemenuhan kebutuhan pokok manusia, pada umunya memiliki fungsi praktis/applied art pada masyarakat, maka kriya sekarang ini sudah mencerminkan Perubahan-Perubahan dari masa lalu. Perubahan itu tidak lepas dari pengaruh berbagai aspek dari waktu ke waktu seiring dengan kemajuan zaman yang sangat cepat. Sehingga muncul dua istilah dalam kriya yaitu istilah seni kriya dan istilah kriya seni, seni kriya bersifat pada pemenuhan kehidupan sehari-hari dan memiliki fungsi praktis, sedangkan kriya seni muncul karena adanya keinginan kriyawan untuk menambahkan ekspresi dalam karya kriyanya, sehingga lahir karya-karya kriya yang lebih menekankan pada nilai seni atau estetisnya dan cenderung mengabaikan nilai fungsinya.
Oleh I Wayan Sumantra Ekspresi adalah ungkapan tentang rasa, pikiran, gagasan, cita-cita, fantasi, dan lain-lain. Sebagai suatu ungkapan, ekspresi merupakan tanggapan atau rangsangan atas berbagai fenomena sosial, kultural dan bahkan politik, yang memungkinkan terjalarnya pengalaman subjektif dari seniman kepada orang lain. Sebagai jiwa, ekspresi merupakan kristalisasi pengalaman subjektif seniman terhadap berbagai persoalan yang dipikirkan, direnungkan, dicita-citakan, diangan-angankan, dan apa yang difantasikan. Realitas itu menjadi sumber inspirasi lahirnya ide-ide dalam karya ciptaan seniman, sehingga ekspresi merupakan akumulasi ide yang membutuhkan sarana pengungkap, karena ide bukanlah sekedar ide tapi harus direalisasikan. Pada hakekatnya seni adalah bahasa komunikasi, baik bagi seniman itu sendiri dalam berdialog dengan karyanya secara internal, maupun dengan masyarakat secara eksternal. Seni sebagai wahana komunikasi antara seniman dengan masyarakatnya, secara mutlak harus menghadirkan karya sebagai media komunikasinya. Oleh karena itu komunikasi dengan karya menjadi penting artinya. Karya seni sebagai hasil belum sempurna jikalau karya tersebut tidak dikomunikasikan kepada penonton audience, sehingga karya seni sebagai hasil dialog bagi seniman menjadi sarana komunikasi. Oleh karena itu, ide, pikiran, fantasi, angan-angan dan lain-lain penting untuk diobjektivikasi, direalisasi, dimanifestasikan ke dalam bentuk konkrit lahiriah. Hal ini hanya mungkin dilakukan dengan menciptakannya, dan tentu untuk menciptakannya memerlukan apa yang disebut teknik. Teknik menjadi bagian sentral bagi seniman, karena betapapun tingkat kemampuan seorang seniman tidak dapat lepas dari persoalan ini. Ide, pikiran, cita-cita dan lain-lain menjadi pendorong tentang apa yang hendak diekspresikan dan teknik menjadi sarana bagaimana untuk mengungkapkannya. Teknik menjadi mutlak bagi seniman, karena tanpa teknik, ide, pikiran, fantasi dan lain-lain yang dipikirkan, direnungkan, dikhayalkan oleh seniman akan tetap tinggal ide, tidak membekas bagi orang lain. Karya sebagai wahana komunikasi untuk dapat dihayati, dicermati dan barangkali sampai ketingkat dipahami menuntut visualisasi dan realitas. Teknik merupakan kendaraan di mana ide hendak diantarkan. Sebagai suatu kendaraan seniman dituntut menguasai teknik untuk dapat mengendarainya ke tempat tujuan yang diinginkan. Akhirnya, ekspresi dan teknik penciptaan dalam seni adalah dua hal yang saling terkait. Ekspresi tanpa teknik akan berjalan gontai, sedangkan teknik tanpa ekspresi akan berjalan tanpa akhir atau dengan kata lain produktivitas yang hanya mengandalkan teknik akan menghasilkan karya yang kurang bermakna, kurang berbobot sedangkan kekayaan ide yang menjadi modal dasar ekspresi tanpa teknik dalam artian tidak merealisasikannya adalah suatu kualitas yang semu karena tidak diwujudkan. Betapapun sensitifnya seorang seniman terhadap lingkungan di sekitarnya, ia tidak dapat mengkomunikasikan apa yang ia rasakan kecuali kalau ia melatih dirinya sendiri untuk mengontrol tangannya dan jenis peralatan yang digunakannya. Ia membuat sesuatu seperti halnya seorang kriyawan, ia menyesuaikan bahan dan metode terhadap makna yang ingin diekspresikan. Seni adalah suatu bentuk ekspresi. Sebagai suatu bentuk, seni hadir sebagai responsi realitas melalui serangkaian kegiatan, baik yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah seniman. Masing-masing tataran kegiatan itu saling berhubungan, tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Untuk sampai pada bentuknya, kegiatan seni berawal dari pengamatan untuk menangkap substansi yang menggugahnya, menginkubasi serta merealisasikannya ke dalam suatu karya. Sebagai suatu bentuk ekspresi, ide, pikiran, emosi, fantasi dan lain-lainnya itu dapat merujuk terinspirasi melalui berbagai realitas, baik yang bersifat kasat mata maupun maya, yang menggugahnya. Visualisasinya dapat menggugah secara langsung melalui kesan kuat yang terindikasi melalui garis, bentuk, dan warnanya atau melalui subjek matter yang memotret realitas sosial yang memilukan. Atau dapat juga hadir melalui serangkaian langkah yang penuh pertimbangan dan perhitungan. Ekspresi hadir dalam berbagai medium ungkap seni, ia telah memilah dan memilih aliran tertentu untuk dapat dikatakan sebagai seni yang memiliki ekspresi. Karena ekspresi, dalam makna yang luas dapat hanya menunjuk karakter keekspresifannya expressiveness yang spontan menggetarkan semata, akan tetapi dapat juga gugahan untuk merasakan ekspresi itu tersembunyi di balik tampilannya. Sehingga ekspresivitas yang dibawakan tidak secara serta merta ditangkap oleh audience, akan tetapi pada perenungan yang tersisa dari amatan yang dilakukannya. Akan tetapi yang jelas untuk dapat mengungkapkan apa yang dipikirkan, digagaskan, diimpikan, difantasikan, dan dirasakan seorang seniman tidak begitu saja mampu memberi bentuknya. Ekspresi sebagai bahasa ungkap bagi seniman mempersyaratkan keterampilan dan kemampuan. Ia tidak sekedar kemampuan menangis atau tertawa yang in born ability, akan tetapi melalui serangkaian latihan, percobaan sehingga mencapai penguasaan yang mahir. Panorama teknik penciptaan juga sangat menjolok hadir sebagai persyaratan dalam menghasilkan produk dalam seni kriya. Seni kriya yang pada situasi awal secara jelas dan tegas menunjukan ketidakterpisahannya dengan fungsi praktis. Teknik penciptaan sebagai wahana mengungkapkan ide bagi pelakunya menjadi bagian sangat penting. Hampir pada setiap langkah penciptaannya, seni kriya penuh pemikiran terkait dengan bahan, teknik serta konstruksinya, sehingga seolah-olah tidak ada ruang gerak bagi ekspresi. Akan tetapi bukan berarti bahwa produk seni kriya nihil ekspresi. Pencermatan terhadap produk-produk prasejarah melalui torehan garis pada tanah-tanah liat maupun bentuk-bentuk pahatan pada batu, misalnya karakter garis yang dihasilkan menyiratkan keekspresifannya. Dalam variasi produk yang lain, nilai keekspresifannya juga menghiasi relief atau ukiran pada elemen arsitektural rumah hunian. Seorang Empu, untuk menciptakan sebilah keris membutuhkan waktu tidak hanya dalam proses garapan, yang tekniknya dilakukan secara sistematis dalam pencapaian nilai-nilai eksetoriknya, akan tetapi membutuhkan waktu panjang dan dengan melalui tahapan-tahapan mistis untuk memberikan muatan nilai isetoriknya. Dalam relief candi seperti Borobudur, misalnya walaupun atmosfir religius demikian kuat akan tetapi fragmentasi yang hadir padanya membawa interpretasi keluasan makna. Relief tersebut tidak sekedar rangkaian komposisional yang berdemensi keagamaan, akan tetapi padanya juga mengekspresikan dalam arti luas gagasan atau pikiran yang bersifat edukatif terhadap kehidupan yang lebih baik. Ajaran yang bersifat moral termanifestasikan ke dalam relief yang membantu memudahkan pemahaman hidup menuju ke nirwana. Teknik penciptaan untuk mengungkapkan ajaran moral keagamaan secara visual ilustratif itu memudahkan pemahaman terhadap gagasan, pikiran yang hendak disampaikan kepada umatnya, merupakan suatu ekspresi religius yang dikomunikasikan melalui fragmentasi relief.
Seni kriya adalah karya seni yang dibuat dengan keterampilan tangan hand skill dengan memerhatikan aspek fungsional dan nilai seni. Penciptaan karya seni kriya tidak hanya didasarkan pada aspek fungsionalnya kebutuhan fisik saja, tetapi juga untuk pemenuhan kebutuhan terhadap keindahan kebutuhan emosional. Dalam perkembangan- nya, karya seni kriya selalu identik dengan seni kerajinan. Hal ini disebabkan pembuatan karya seni kriya yang tidak lepas dari pengerjaan tangan hand made dan memiliki aspek fungsional. Fungsi seni kriya secara garis besar terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai berikut. 1. Hiasan dekorasi Banyak produk seni kriya yang berfungsi sebagai benda pajangan. Seni kriya jenis ini lebih menonjolkan segi rupa daripada segi fungsinya sehingga bentuk- bentuknya mengalami pengembangan. Misalnya, karya seni ukir, hiasan dinding, cinderamata, patung, dan lain-lain. 2. Benda terapan siap pakai Seni kriya yang sebenarnya adalah seni kriya yang tetap mengutamakan fungsinya. Seni kriya jenis ini mempunyai fungsi sebagai benda yang siap pakai, bersifat nyaman, namun tidak kehilangan unsur keindahannya. Misalnya, senjata, keramik, furnitur, dan lain-lain. 3. Benda mainan Di lingkungan sekitar sering kita jumpai produk seni kriya yang fungsinya sebagai alat permainan. Jenis produk seni kriya seperti ini biasanya berbentuk seder- hana, bahan yang digunakan relatif mudah didapat dan dikerjakan, dan harganya juga relatif murah. Misalnya, boneka, dakon, dan kipas kertas.
Seni Rupa adalah sebuah konsep atau nama untuk salah satu cabang seni yang bentuknya terdiri atas unsur-unsur rupa yaitu garis, bidang, bentuk, tekstur, ruang dan warna. Unsur-unsur rupa tersebut tersusun menjadi satu dalam sebuah pola tertentu. Bentuk karya seni rupa merupakan keseluruhan unsur-unsur rupa yang tersusun dalam sebuah struktur atau komposisi yang bermakna. Unsur-unsur rupa tersebut bukan sekedar kumpulan atau akumulasi bagian-bagian yang tidak bermakna, akan tetapi dibuat sesuai dengan prinsip tertentu. Makna bentuk karya seni rupa tidak ditentukan oleh banyak atau sedikitnya unsur-unsur yang membentuknya, tetapi dari sifat struktur itu sendiri. Dengan kata lain kualitas keseluruhan sebuah karya seni lebih penting dari jumlah bagian-bagiannya. Dalam makalah kami.. akan disajikan beberapa macam dari karya seni rupa terapan nusantara yang terdapat di Indonesia. Diantaranya, seni membatik, seni ukir, seni lukis, dan masih banyak yang akan kami bahas secara sederhana di bawah ini. Akhir kata dari kami, semoga makalah kami dapat bermanfaat bagi kami selaku penulis secara pribadi untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesenian di Indonesia dan bermanfaat pula bagi pembaca. Kritik dan saran senantiasa kami terima untuk menjadi koreksi lebih baik lagi.
Abstract Tujuan penelitian ini adalah untuk menciptakan sebuah karya seni yang idenya berasal dari bentuk motif itik sekawan yang berasal dari Melayu Riau. Motif Itik sekawan menjadi inspirasi dalam penciptaan ukiran kriya dengan media kayu ini disesuaikan dengan makna serta fungsi dengan situasi dan kondisi zamannya. Keberadaan motif itik sekawan tidak lepas dari pandangan hidup dan pola pikir masyarakat Melayu Riau sebagai kearifan lokal. Motif itik sekawan merupakan produk budaya sebagai warisan budaya lokal masyarakat Melayu Riau yang memiliki bentuk, fungsi dan makna dalam masyarakatnya. Melalui pendekatan metodelogis penciptaan karya seni kriya yaitu eksplorasi, perancangan dan perwujudan, maka dihasilkan karya seni yang memiliki nilai estetis, makna, fungsi serta memberikan pesan-pesan akan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya dan memberikan gambaran tentang kehidupan yang harmonis, kesetiakawanan, kegotong-royongan dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara sekarang ini yang sedang menghadapi pandemi Covid 19
penciptaan karya seni kriya tidak lepas dari